Harga Migor Masih Tinggi, Suplai Migor Bersubsidi ke Pedagang Pasar Tradisional Belum Normal

Harga Migor Masih Tinggi, Suplai Migor Bersubsidi ke Pedagang Pasar Tradisional Belum Normal

KUNINGAN - Kebijakan pemerintah menyeragamkan harga minyak goreng (migor) sebesar Rp14.000 per liter ternyata belum berlaku di pasar tradisional. Terbukti, para pedagang masih menjual bahan kebutuhan para ibu rumah tangga tersebut di atas Rp17.000 per liter.

Seperti terjadi di Pasar Kepuh Kuningan, hingga saat ini para pedagang masih menjual minyak goreng antara Rp17.000 hingga Rp19.000 per liter. Ini belum di tingkat pengecer di dekat pemukiman warga harganya bisa mencapai Rp22.000 per liter.

\"Saya belum kebagian minyak goreng bersubsidi dari pemerintah. Jadi saya belanja dari toko grosir. Modalnya saja sudah Rp16.000 jadi saya jual Rp17.000 per liter, saya hanya dapat untuk tipis,\" ujar Yudi salah satu pedagang kelontongan di Pasar Kepuh kepada Radar, kemarin (1/3).

Yudi pun mengaku mendapat banyak komplain dari para pelanggannya. Pasalnya, kata Yudi, masyarakat sudah banyak tahu dari pemberitaan kalau harga minyak goreng sudah turun menjadi Rp14.000 per liter, tapi kenyataan di lapangan masih tinggi.

BACA JUGA:

\"Saya juga bingung jawabnya. Karena modalnya saja tidak menutup kalau dijual Rp14.000, malah rugi. Saya jual Rp17.000 pun untungnya kecil hanya Rp1.000,\" ketus Yudi.

Pedagang lain, Yanto mengaku hingga saat ini dia masih menjual minyak goreng curah dengan harga Rp16.000 per liter. Dia pun belum bisa menjual sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp11.500, karena harga dari supplier sudah tinggi.

\"Saya pernah ditawari minyak goreng subsidi, tapi hanya dijatah dua karton jadi saya tolak. Karena nantinya hanya menimbulkan keriuhan karena yang kebagian hanya beberapa pelanggan saja. Mending saya jualan yang curah saja,\" ujar Yanto.

Berita berlanjut di halaman berikutnya:

BACA JUGA:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: